Kebanyakan
orang tidak menyadari bahwa batinnya masih banyak diliputi oleh kekotoran batin
yang tidak tampak oleh mata. Kotoran batin tersebut salah satunya adalah
keserakahan atau yang sering dikenal dengan istilah lobha. Keserakahan (lobha)
sering juga disebut sebagai ketamakan, atau secara mudah diartikan sebagai
sifat yang ingin selalu menguasai. Dalam literatur Buddhis, keserakahan (lobha) merupakan salah satu bentuk
kekotoran batin yang bersifat laten (anusaya
kilesa). Sifat laten yang dimaksud adalah eksistensi atau keberadaan dari
kekotoran batin tersebut sulit untuk dideteksi, diamati, atau bahkan
dihilangkan. Keserakahan (lobha) jika
diamati dan diperhatikan, maka tidak akan dapat ditemui di bagian manapun dari
jasmani ataupun batin dalam keadaan terkonsentrasi. Namun, keserakahan ini
hanya akan muncul jika bertemu dengan kondisi yang sesuai.
Sebagai
contoh, ketika tidak terdapat makanan apapun di meja makan, seseorang pasti
tidak akan merasakan adanya keserakahan yang muncul. Namun, berbeda jika di
meja makan tersebut terdapat makanan-makanan yang lezat yang merupakan makanan
kesukaannya. Ia pasti ingin mengambil lebih banyak, atau bahkan mengambil
makanan yang merupakan bagian untuk orang lain. Demikian halnya dengan
terjadinya tindak kejahatan yang bisa muncul karena adanya kesempatan.
Misalnya, ketika berjalan seseorang tidak memiliki niat untuk mencuri. Namun karena melihat ada
sepeda motor yang diparkir di depan rumah tanpa ada yang mengawasi, akhirnya muncul
niat untuk mencuri sepeda motor tersebut. Hingga tindakan pencurian tersebut
terjadi. Tidak jauh berbeda dengan beberapa orang yang terpilih menjadi pejabat
dalam pemerintahan ataupun di suatu perusahaan tertentu. Ketika masih menjadi
calon biasanya memberikan janji-janji yang manis, atau bahkan ada yang berjanji
untuk menjadi pejabat yang jujur. Namun setelah terpilih, kebanyakan mereka
lupa dengan janji mereka untuk melakukan tugasnya dengan jujur. Malah banyak
diantaranya yang tertangkap basah melakukan korupsi. Yang sering menjadi pertanyaan
adalah “mengapa bisa terjadi seperti itu?”, jawabannya adalah karena
keserakahan (lobha) hanya muncul jika
ada kondisi yang sesuai. Ketika masih menjadi calon mereka belum menemukan
kondisi untuk munculnya keserakahan, namun setelah menjabat maka akan banyak
sekali kondisi yang dapat memicu untuk munculnya keserakahan. Dan jika batinnya
mudah goyah, maka seseorang akan terseret oleh arus keserakahan lebih jauh
lagi.
Latihan Untuk Mengurangi
Keserakahan
Setiap
penyakit pasti ada obatnya, demikian kata-kata bijak yang sering ditemui di
masyarakat. Meskipun, ada beberapa penyakit yang belum ditemukan obatnya tapi
bukan berarti bahwa penyakit itu tidak dapat disembuhkan. Demikian halnya
dengan penyakit keserakahan (lobha)
yang menginfeksi batin makhluk-makhluk, meskipun bagi orang biasa (orang yang
belum mencapai tingkat kesucian tertinggi) penyakit batin ini belum dapat
disembuhkan secara total, tapi telah ditunjukkan cara untuk mencegah
kemunculannya dan bahkan mencegah perkembangannya jika keserakahan (lobha) tersebut telah muncul.
Berdana
(kedermawananan), merupakan salah satu bentuk cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dan menekan timbulnya peluang bagi kemunculan keserakahan (lobha). Pada tahap awal latihan ini,
beberapa orang akan merasakan sulit untuk melakukannya. Apalagi melakukannya
dengan hati yang tulus. Kemelekatan terhadap sesuatu yang dimiliki merupakan
salah satu faktor penghambat dalam proses latihan berdana ini. Karena sangat
melekat terhadap sesuatu yang dimilikinya hingga akhirnya seseorang tidak dapat
melakukan perbuatan berdana.
Perbuatan
berdana dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, menggunakan
apa saja. Khususnya bagi mereka yang memiliki niat yang baik, di waktu yang
tepat, kepada lahan yang subur, serta pemberian tersebut bermanfaat bagi
penerima, maka itu merupakan perbuatan berdana yang memiliki kualitas yang
sangat baik. Berdana tidak hanya dapat dilakukan dalam bentuk materi, seperti
makanan, minuman, tempat tinggal, dan obat-obatan. Namun juga dapat dilakukan
dalam bentuk membantu dengan tenaga, membantu berpikir dalam memecahkan masalah
ataupun membantu menenangkan seseorang dengan berkata-kata yang baik. Meskpun
tidak dalam bentuk materi, namun perbuatan tersebut sangat bermanfaat bagi si
penerima, maka perbuatan tersebut dapat dikatakan sebagai perbuatan berdana.
Manfaat
latihan berdana salah satunya adalah dapat menambah rasa kepedulian terhadap
orang lain. Dengan terbiasa membantu orang lain, berbagi kebahagiaan dengan
orang lain, maka keserakahan (lobha)
peluang kemunculannya menjadi sedikit tertekan. Ketika muncul niat untuk
mengambil hak orang lain, namun karena telah terbiasa berlatih untuk berbagi
dengan orang lain maka niat tidak baik tersebut dapat ditekan.
Selain
melakukan latihan kedermawanan (berdana), keserakahan dapat ditekan dengan cara
membiasakan diri terlatih dalam melakukan latihan moralitas (sīla). Lima moralitas dasar yang sangat
dekat dengan hukum kamma merupakan
sarana pelatihan diri agar terhindar dari akibat-akibat perbuatan buruk pada
masa mendatang. Jika karena keserakahannya kemudian seseorang mengambil sesuatu
yang bukan haknya maka ia dikatakan melanggar aturan moralitas kedua, yaitu
mengambil milik orang lain yang tidak diberikan. Dengan merenungkan bahwa,
apapun perbuatan yang dilakukan akan membuahkan hasil yang sesuai, maka dalam
batin seseorang akan muncul pengendalian diri untuk tidak melakukan hal-hal
yang salah dan merugikan orang lain. Selain itu, dengan terbiasa dalam
pelaksanaan moralitas yang baik maka seseorang dapat memiliki peluang
berbahagia di kehidupan ini serta dapat berbahagia di kehidupan selanjutnya.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan dapat mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Dengan
memiliki pengendalian diri yang baik, maka seseorang akan dapat terbebas dari
keserakahan (lobha). Karena
keserakahan tidak dapat muncul dalam diri mereka yang sadar, yang mengetahui
akan kemunculannya. Meskipun terdapat kondisi-kondisi yang mendukung bagi
kemunculannya, namun keserakahan (lobha)
tidak dapat berkembang. Setelah mengetahui hal ini hendaknya seseorang dapat
melatih diri dalam kedermawanan serta kemoralan, karena dengan cara ini maka ia
akan terbebas dari kemungkinan-kemungkinan memperoleh penderitaan sebagai
akibat dari keserakahan, dan dapat menjalani kehidupan dengan berbahagia.
Semoga semua makhluk berbahagia. Sabbe
Sattā Bhavantu Sukhitattā.
No comments:
Post a Comment