Wednesday 16 May 2012

MANFAAT TERBEBAS DARI KESERAKAHAN

Oleh: Nanang Sutrisno

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa batinnya masih banyak diliputi oleh kekotoran batin yang tidak tampak oleh mata. Kotoran batin tersebut salah satunya adalah keserakahan atau yang sering dikenal dengan istilah lobha. Keserakahan (lobha) sering juga disebut sebagai ketamakan, atau secara mudah diartikan sebagai sifat yang ingin selalu menguasai. Dalam literatur Buddhis, keserakahan (lobha) merupakan salah satu bentuk kekotoran batin yang bersifat laten (anusaya kilesa). Sifat laten yang dimaksud adalah eksistensi atau keberadaan dari kekotoran batin tersebut sulit untuk dideteksi, diamati, atau bahkan dihilangkan. Keserakahan (lobha) jika diamati dan diperhatikan, maka tidak akan dapat ditemui di bagian manapun dari jasmani ataupun batin dalam keadaan terkonsentrasi. Namun, keserakahan ini hanya akan muncul jika bertemu dengan kondisi yang sesuai.


Sebagai contoh, ketika tidak terdapat makanan apapun di meja makan, seseorang pasti tidak akan merasakan adanya keserakahan yang muncul. Namun, berbeda jika di meja makan tersebut terdapat makanan-makanan yang lezat yang merupakan makanan kesukaannya. Ia pasti ingin mengambil lebih banyak, atau bahkan mengambil makanan yang merupakan bagian untuk orang lain. Demikian halnya dengan terjadinya tindak kejahatan yang bisa muncul karena adanya kesempatan. Misalnya, ketika berjalan seseorang tidak memiliki niat  untuk mencuri. Namun karena melihat ada sepeda motor yang diparkir di depan rumah tanpa ada yang mengawasi, akhirnya muncul niat untuk mencuri sepeda motor tersebut. Hingga tindakan pencurian tersebut terjadi. Tidak jauh berbeda dengan beberapa orang yang terpilih menjadi pejabat dalam pemerintahan ataupun di suatu perusahaan tertentu. Ketika masih menjadi calon biasanya memberikan janji-janji yang manis, atau bahkan ada yang berjanji untuk menjadi pejabat yang jujur. Namun setelah terpilih, kebanyakan mereka lupa dengan janji mereka untuk melakukan tugasnya dengan jujur. Malah banyak diantaranya yang tertangkap basah melakukan korupsi. Yang sering menjadi pertanyaan adalah “mengapa bisa terjadi seperti itu?”, jawabannya adalah karena keserakahan (lobha) hanya muncul jika ada kondisi yang sesuai. Ketika masih menjadi calon mereka belum menemukan kondisi untuk munculnya keserakahan, namun setelah menjabat maka akan banyak sekali kondisi yang dapat memicu untuk munculnya keserakahan. Dan jika batinnya mudah goyah, maka seseorang akan terseret oleh arus keserakahan lebih jauh lagi.

Latihan Untuk Mengurangi Keserakahan
Setiap penyakit pasti ada obatnya, demikian kata-kata bijak yang sering ditemui di masyarakat. Meskipun, ada beberapa penyakit yang belum ditemukan obatnya tapi bukan berarti bahwa penyakit itu tidak dapat disembuhkan. Demikian halnya dengan penyakit keserakahan (lobha) yang menginfeksi batin makhluk-makhluk, meskipun bagi orang biasa (orang yang belum mencapai tingkat kesucian tertinggi) penyakit batin ini belum dapat disembuhkan secara total, tapi telah ditunjukkan cara untuk mencegah kemunculannya dan bahkan mencegah perkembangannya jika keserakahan (lobha) tersebut telah muncul.
Berdana (kedermawananan), merupakan salah satu bentuk cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan menekan timbulnya peluang bagi kemunculan keserakahan (lobha). Pada tahap awal latihan ini, beberapa orang akan merasakan sulit untuk melakukannya. Apalagi melakukannya dengan hati yang tulus. Kemelekatan terhadap sesuatu yang dimiliki merupakan salah satu faktor penghambat dalam proses latihan berdana ini. Karena sangat melekat terhadap sesuatu yang dimilikinya hingga akhirnya seseorang tidak dapat melakukan perbuatan berdana.
Perbuatan berdana dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, menggunakan apa saja. Khususnya bagi mereka yang memiliki niat yang baik, di waktu yang tepat, kepada lahan yang subur, serta pemberian tersebut bermanfaat bagi penerima, maka itu merupakan perbuatan berdana yang memiliki kualitas yang sangat baik. Berdana tidak hanya dapat dilakukan dalam bentuk materi, seperti makanan, minuman, tempat tinggal, dan obat-obatan. Namun juga dapat dilakukan dalam bentuk membantu dengan tenaga, membantu berpikir dalam memecahkan masalah ataupun membantu menenangkan seseorang dengan berkata-kata yang baik. Meskpun tidak dalam bentuk materi, namun perbuatan tersebut sangat bermanfaat bagi si penerima, maka perbuatan tersebut dapat dikatakan sebagai perbuatan berdana.
Manfaat latihan berdana salah satunya adalah dapat menambah rasa kepedulian terhadap orang lain. Dengan terbiasa membantu orang lain, berbagi kebahagiaan dengan orang lain, maka keserakahan (lobha) peluang kemunculannya menjadi sedikit tertekan. Ketika muncul niat untuk mengambil hak orang lain, namun karena telah terbiasa berlatih untuk berbagi dengan orang lain maka niat tidak baik tersebut dapat ditekan.
Selain melakukan latihan kedermawanan (berdana), keserakahan dapat ditekan dengan cara membiasakan diri terlatih dalam melakukan latihan moralitas (sīla). Lima moralitas dasar yang sangat dekat dengan hukum kamma merupakan sarana pelatihan diri agar terhindar dari akibat-akibat perbuatan buruk pada masa mendatang. Jika karena keserakahannya kemudian seseorang mengambil sesuatu yang bukan haknya maka ia dikatakan melanggar aturan moralitas kedua, yaitu mengambil milik orang lain yang tidak diberikan. Dengan merenungkan bahwa, apapun perbuatan yang dilakukan akan membuahkan hasil yang sesuai, maka dalam batin seseorang akan muncul pengendalian diri untuk tidak melakukan hal-hal yang salah dan merugikan orang lain. Selain itu, dengan terbiasa dalam pelaksanaan moralitas yang baik maka seseorang dapat memiliki peluang berbahagia di kehidupan ini serta dapat berbahagia di kehidupan selanjutnya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan dapat mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Dengan memiliki pengendalian diri yang baik, maka seseorang akan dapat terbebas dari keserakahan (lobha). Karena keserakahan tidak dapat muncul dalam diri mereka yang sadar, yang mengetahui akan kemunculannya. Meskipun terdapat kondisi-kondisi yang mendukung bagi kemunculannya, namun keserakahan (lobha) tidak dapat berkembang. Setelah mengetahui hal ini hendaknya seseorang dapat melatih diri dalam kedermawanan serta kemoralan, karena dengan cara ini maka ia akan terbebas dari kemungkinan-kemungkinan memperoleh penderitaan sebagai akibat dari keserakahan, dan dapat menjalani kehidupan dengan berbahagia. Semoga semua makhluk berbahagia. Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā.

No comments:

Post a Comment