Thursday 17 May 2012

DASAR-DASAR FILSAFAT UMUM


A.PENGERTIAN FILSAFAT
                Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pada hakekatnya sukar sekali memberikan definisi mengenai filsafat. Bukan karena sulitnya arti kata filsafat itu sendiri, melainkan tidak ada definisi yang definitif, karena banyaknya jawaban yang telah diberikan sejak filsafat diusahakan oleh manusia.

A.1 Pengertian berdasarkan arti etimologi
                Filsafat dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata Philein yang artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. Jadi, Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan  artinya kebenaran sejati atau kebenaran sesungguhnya. Jadi, filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
             
   Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani Philosophis yang berasal dari kata kerja Philein yang berarti mencintai, atau Philia yang berarti cinta, dan yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai Cinta kearifan.

A.2 Pengertian berdasarkan konsep para filsuf
A.2.1 Konsep Plato
                Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena, filsafat harus berlangsung sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat proses pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan, karena seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan(terakhir) dari benda-benda.

A.2.2 Konsep Ciero
                Ciero menyebutkannya sebagai “ibu dari semua seni” (the mother of all the arts).Juga sebagai arts vitae yaitu filsafat sebagai seni kehidupan.

A.2.3 Konsep al-Farabi
Menurut al-Farabi,filsafat adalahilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu bil-mauju-dat bi ma hiya al-maujudat).

A.2.4 Konsep Rene Descartes
                Menurut Rene Decartes, filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
A.2.5 Konsep Francis Bacon
                Menurut Francis Bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.

A.2.6 Konsep John Dewey
                Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Jadi, filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian – penyesuaian di antara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.

A.2.7 Konsep Beekman
                Filsafat memainkan peranan dalam hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak hanya harus mereagir informasi dari sisi ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan, akan tetapi harus memberikan sejenis pimpinan kepada semua jenis pengetahuan.

A.3 Pengertian Umum
                Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Dalam hal ini filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang hakekat. Ilmu pengetahuan tentang hakekat menanyakan apa hakekat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu.

A.4 Pengertian khusus
                Karena filsafat telah  mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya ruang, waktu, keadaan, dan orangnya. Sehingga timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat.

A.5 Pengertian perenungan kefilsafatan.
Di dalam bukunya Elements of Philosophy Kattsoff (1963). Mengatakan bahwa:
1.       Filsafat adalah berpikir secara kritik,
2.       Filsafat adalahberpikir dalam bentuk yang sistematik,
3.       Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut
4.       Filsafat adalah berpikir secara rational
5.       Filsafat harus bersifat komprehensif

A.6 Rangkuman dari berbagai pendapat tentang pengertian filsafat
1.       Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang kritik dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematik.
2.       Filsafat adalah hasil pikiran manusia yang paling dalam.Filsafat adalah refleksi lebih lanjut daripada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan.
3.       Filsafat adalah hasil analisa dan abstraksi.
4.       Filsafat adalah pandangan hidup.

A.7 Kesimpulan
                Berdasarkan atas uraian tersebut di atas, filsafat adalah hasil kreasi manusia atau dengan kata lain adalah hasil budaya manusia. Karena unsur budaya manusia adalah cipta, rasa, dan karsa maka filsafat adalah hasil kebulatan cipta, rasa, dan karsa tersebut.

B. OBYEK FILSAFAT

B.1 Obyek materi
                Obyek materi adalah hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Obyek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada”disini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan ada dalam kemungkinan.

B.2 Obyek forma
                Obyek forma adalah sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang. Obyek forma filsafat adalah menyeluruh dan secara umum. Menyeluruh disini berarti bahwafilsafat dalam memandanganya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satu pun yang berada di luar jangkauan pembahasan filsafat. Umum disini  berarti bahwa dalam hal tertentu, hal tersebut dianggap benar selama tidak merugikan kedudukan  filsafat sebagai ilmu.

                Menurut Ir. Poedjawijatna, obyek materi filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Obyek materi filsafat tersebut sama dengan obyek materi dari ilmu pengetahuan seluruhnya. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu denga yang lainnya adalah obyek formanya. Sehingga, kalau ilmu memmbatasi diri dan berhenti pada dabberdasarkan pengalaman, sedangakan filsafat tidak membatasai diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam-dalamnya,inilah obyek forma filsafat.

C. CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT
C.1 Sangat umum atau universal
                Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan “sangat umum”, dan tingkat keumumannya sangat tinggi ( the question tend to be very of general problem of the highest degree of generality).


C.2 Tidak faktual  (spekulatif)
                Tidak faktual (spekulatif) artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu yang melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut yang bersifat spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.

C.3 Bersangkutan dengan nilai
                C.J.Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila, dan akhirnyafilsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.


C.4 Berkaitan dengan arti
                Diatas telah dikemukakan bahwa nilai selalu dan dicari, sesuatu yang bernilai tentu didalamnya penuh dengan arti. Agar upaya para filosof dalam pengungkapan ide-idenya agar sarat dengan arti, maka para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat (ilmiah). Karena kesemuanya itu berguna untuk menghindari kesalahan /sesaat berpikir (fallacy)

C.5 Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis), dan dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru, sehingga akan menjadi proses pemikiran yang dinamis : tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya.... sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiranyang implikatif (dialektif) akan dapat menyuburkan intelektual.

D. KEGUNAAN FILSAFAT
                Filsafat mengajarkan hal-hal yang praktik yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya etika, logika, estetika, dan lain-lain. Etika mempelajari tingkah laku dan perbuatan manusia yang dilakukan dengan sadar, moral dan kesusilaan. Etika menunjukkan bagaimanan norma yang baik dan bagaimana manusia hidup menurut norma tersebut. Dengan singkat selama ada manusia yang berbuat selama itu pula nilai etik berlaku. Logika mengajarkan agar kita berpikir secara teratur dan runtut serta sistematik agar dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan demikian, filsafat mempunyai beberapa kegunaan antara lain :
1.       Melatih diri untuk berpikir kritik dan runtut dan menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematik.
2.       Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil.  
3.       Menjadikan diri bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
4.       Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
5.       Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk pribadinya maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
6.       Menyadari akan kedudukan baik secara pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan Yang Maha Esa.
7.       Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang maha Esa.

Dengan belajar filsafat diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran, cakrawala pandang yang semakin luas, agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup. Sehingga akan dapat membantu penyeleseian masalah yang selalu kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.

Dasar dari semua tindakan adalah ide, sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundamental yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya, sehingga manusia akan dapat lebih hidup, lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, lebih sadar terhadap hak dan kewajibannya.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya. Di satu sisi kita berhadapan dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral. Dengan semakin jauh tata nilai dan moral , akibatnya banyak ilmuwan yang kehilangan bobot kebijaksanaannya. Sehingga, apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bersama itu pula manusia kehilangan pendirian dihantui kebingungan dan keraguan (skeptis).

E. FUNGSI FILSAFAT
E.1 Filsafat sebagai ilmu
a.       Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena didalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimanakah, mengapakah, ke manakah, dan apakah.
b.       Pertanyaan bagaimana menanyajkan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indera. Jawaban atau pengetahuan yanga diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).
c.        Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu obyek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat).
                Pertanyaan ke mana menanyakan tentang apa yang terjadi di masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu: pertama, pengetahuan yang timbul dari hal- hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan), yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak dipermasalahkan apakah pedoman tersebut dipakai atau tidak. Pedoman yang dipakai disebut hukum. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Jadi, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif. Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris, sehingga hanya dapat mengetahui hal-hal yang bersifat sangat umum, universal,absrak.

E.2 Filsafat sebagai cara berpikir
                Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpkir secara mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global/menyeluruh atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Hal ini harus memenuhi persyaratan yaitu:
1.       Harus sistematis
Pemikiran yang sistematis ini yang dimaksudkan menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing unsur saling  berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
Harus konsepsional
Secara umum  istilah konsepsional berkaitan dengan ide (gambar) atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Jadi, maksud dari “konsepsional” tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang  terkonsepsi (jelas).
2.       Harus koheren
Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut didalamnya memuat suatu kebenaran logis.
Harus rasional
Yang dimaksud dengan rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
3.       Harus sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
4.       Harus mengarah kepada pandangan dunia.
Yang dimaksud adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyuusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk didalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada didalamnya.

E.3 Filsafat sebagai pandangan hidup
                Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada: hakikat kodrat pribadi manusia ( sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan berbagai macam jenis filsafat, antara lain:
1.       Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
2.       Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan filsafat keindahan (estetika).
3.       Manusia dengan monodualismenya ( kesatuan jiwa dan raganya ) dapat melahirkan filsafat antropologi.
4.       Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
5.       Manusia dengan kedudukannnya sebagai makhluk sosial dapat maelahirkan filsafat sosial.
6.       Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
7.       Manusia dengan unsur  kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat melahirkan fiiilsafat tingkah laku (etika).
8.       Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
9.       Manusia dengan segala aspek dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
10.    Manusia dengan dan sebagai warga negara dapat melahirkan filsafat negara.
11.    Manusia dengan unsur kepercaanya dapatmelahirkan filsafat agama.

Filasafat sebagai pandangan hidup  (Weltsanchaung) merupakan suatu pandangan hidup yang dijadika n dasar setiap tindakan dan tingakah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyeleseikan persoalan-persoalan  yang dihadapi dalam hidupnya.   Sikap dan cara hidup akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.

F. ALIRAN – ALIRAN
F.1 Corak aliran di dalam filsafat
F.1.1 Corak yang sesuai dengan unsur jiwa
1.       Idelisme yang memberi tempat tertinggi pada idea
2.       Spiritulisme yang memberi tempat tertinggi pada jwa
3.       Rationaloisme yang memberi tempat tertingi pada akal
F.1.2 Corak yang sesuai dengan unsur raga        
1.       Matereialisme yang memberi tempat tertinggi pada materi
2.       Empirisme yang memberi tempat tertingg ipada pengalaman
3.       Sensisme yang yang memberi tempat  tetinggi pada panca indera
F.1.3 Corak yang sesuai dengan sifat individu
1.       Individualisme yang memberi tempat tertinggi pada individu
2.       Liberlisme yang mengagungkan hak mutlak setiap individu
F.1.4 Corak yang sesuai dengan sifat  sosial
1.       Atruisme yang mengutamakan kepentingan orang lain semata-mata
2.       Sosialisme yang mengutamakan kepentingan sosial lebih daripada kepentingan individu
F.1.5 Corak yang sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan
Thomisme memberi tempat yang  tinggi kepada Tuhan, akan tetapi Positivisme menolak teologi



G. SEJARAH FILSAFAT DI YUNANI
                Ada tradisi kuno mengatakan bahwa nama “filsuf” (philosophos) untuk pertama kalinya dalam sejarah dipergunakan oleh Phytagoras ( abad ke-6 SM ). Akan tetap dalam kalalangan sokrates dan plato ( abad ke-5 SM ) nama “filsafat” dan “filsuf” sudah lazim dipakai. Menurut pandangan Yunani, seorang yang mempunyai kebijaksanaan sebagai milik definitif sudah melampaui kemampuan insani. Memiliki kebijaksanaan berarti mencapai sutau status adimanusiawi. Itu sama saja dengan hybris, rasa sombong, yang selalu ditakuti dan dihindari orang Yunani. Manusiaa harus menghormati batas – batas yang berlaku bagi status insaninya. Karena dia manusia dan bukan seorang dewa, dia harus puas denagan mengasihi kebijaksanaan. Kebijaksanaan tidak pernah akan menjadi miliknya secara komplit dan definitif. Karena alasan – alasan itu orang Yunani ,memilih nama “filsafat” dan “filsuf”. Pada abad ke-6 mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban – jawaban rasional tentang problem – problem yang diajukan oleh alam semesta . Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan. Filsafat lahir saat rasio mengalahkan mitos, namun itu tidak berarti bahwa seluruh ditinggalkansecara mendadak. Seluruh fisafat Yunani dapat dianggap sebagai suatu pergumulan yang panjang antara mythos dan logos.


DAFTAR PUSTAKA

·         Achmadi, Asmoro, 2000, Filsafat Umum, P.T. Raja Grafindo: Jakarta.
·         Sunoto, 1981, Mengenal Filsafat Pancasila, P.T. Hanindita: Yogyakarta.
·         Hadiwijoyo, Harun, 1980, Sari Filsafat Barat ,  Kanisius: Yogyakarta
·         Bertens. K, 1999, Sejarah Filsafat Yunani: Kanisius: Yogyakarta.

2 comments: