A.PENGERTIAN FILSAFAT
Dalam hal ini ada beberapa
pendapat yang mengatakan bahwa pada hakekatnya sukar sekali memberikan definisi
mengenai filsafat. Bukan karena sulitnya arti kata filsafat itu sendiri,
melainkan tidak ada definisi yang definitif, karena banyaknya jawaban yang
telah diberikan sejak filsafat diusahakan oleh manusia.
A.1
Pengertian berdasarkan arti etimologi
Filsafat dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata Philein yang artinya cinta dan Sophia
artinya kebijaksanaan. Jadi, Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati
atau kebenaran sesungguhnya. Jadi, filsafat berarti hasrat atau keinginan yang
sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
A.2
Pengertian berdasarkan konsep para filsuf
A.2.1
Konsep Plato
Plato memberikan istilah dengan
dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena, filsafat
harus berlangsung sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat
yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat proses
pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai
suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan, karena
seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan(terakhir)
dari benda-benda.
A.2.2
Konsep Ciero
Ciero menyebutkannya sebagai
“ibu dari semua seni” (the mother of all
the arts).Juga sebagai arts vitae
yaitu filsafat sebagai seni kehidupan.
A.2.3
Konsep al-Farabi
Menurut
al-Farabi,filsafat adalahilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari
segala yang ada (al-ilmu bil-mauju-dat bi
ma hiya al-maujudat).
A.2.4
Konsep Rene Descartes
Menurut Rene Decartes, filsafat
merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi
pokok penyelidikannya.
A.2.5
Konsep Francis Bacon
Menurut Francis Bacon, filsafat
merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan
sebagai bidangnya.
A.2.6
Konsep John Dewey
Sebagai tokoh pragmatisme, John
Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan
mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan
penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap
kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan tidak
sejalan dengan wewenang yang diakui. Jadi, filsafat sebagai suatu alat untuk
membuat penyesuaian – penyesuaian di antara yang lama dan yang baru dalam suatu
kebudayaan.
A.2.7
Konsep Beekman
Filsafat memainkan peranan dalam
hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak hanya harus mereagir
informasi dari sisi ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan, akan tetapi harus
memberikan sejenis pimpinan kepada semua jenis pengetahuan.
A.3
Pengertian Umum
Filsafat secara umum dapat
diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Dalam hal ini filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang hakekat. Ilmu pengetahuan tentang hakekat menanyakan apa
hakekat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu.
A.4
Pengertian khusus
Karena filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama tentu
dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya ruang, waktu, keadaan, dan orangnya.
Sehingga timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat.
A.5
Pengertian perenungan kefilsafatan.
Di dalam bukunya
Elements of Philosophy Kattsoff (1963). Mengatakan bahwa:
1. Filsafat adalah
berpikir secara kritik,
2. Filsafat
adalahberpikir dalam bentuk yang sistematik,
3. Filsafat harus
menghasilkan sesuatu yang runtut
4. Filsafat adalah
berpikir secara rational
5. Filsafat harus
bersifat komprehensif
A.6
Rangkuman dari berbagai pendapat tentang pengertian filsafat
1. Filsafat adalah
hasil pemikiran manusia yang kritik dan dinyatakan dalam bentuk yang
sistematik.
2. Filsafat adalah hasil
pikiran manusia yang paling dalam.Filsafat adalah refleksi lebih lanjut
daripada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan.
3. Filsafat adalah
hasil analisa dan abstraksi.
4. Filsafat adalah
pandangan hidup.
A.7
Kesimpulan
Berdasarkan
atas uraian tersebut di atas, filsafat adalah hasil kreasi manusia atau dengan
kata lain adalah hasil budaya manusia. Karena unsur budaya manusia adalah
cipta, rasa, dan karsa maka filsafat adalah hasil kebulatan cipta, rasa, dan
karsa tersebut.
B. OBYEK FILSAFAT
B.1
Obyek materi
Obyek materi adalah hal atau
bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Obyek materi
filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada”disini mempunyai tiga pengertian,
yaitu ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan ada dalam kemungkinan.
B.2
Obyek forma
Obyek forma adalah sudut pandang
(point of view), dari mana hal atau
bahan tersebut dipandang. Obyek forma filsafat adalah menyeluruh dan secara
umum. Menyeluruh disini berarti bahwafilsafat dalam memandanganya dapat
mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satu pun yang berada di luar
jangkauan pembahasan filsafat. Umum disini
berarti bahwa dalam hal tertentu, hal tersebut dianggap benar selama
tidak merugikan kedudukan filsafat
sebagai ilmu.
Menurut Ir. Poedjawijatna, obyek
materi filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Obyek materi filsafat tersebut
sama dengan obyek materi dari ilmu pengetahuan seluruhnya. Yang menentukan
perbedaan ilmu yang satu denga yang lainnya adalah obyek formanya. Sehingga,
kalau ilmu memmbatasi diri dan berhenti pada dabberdasarkan pengalaman,
sedangakan filsafat tidak membatasai diri, filsafat hendak mencari keterangan yang
sedalam-dalamnya,inilah obyek forma filsafat.
C. CIRI-CIRI BERPIKIR
FILSAFAT
C.1
Sangat umum atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai
kecenderungan “sangat umum”, dan tingkat keumumannya sangat tinggi ( the question tend to be very of general
problem of the highest degree of generality).
C.2
Tidak faktual (spekulatif)
Tidak faktual (spekulatif) artinya
filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak
berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu yang melampaui tapal batas dari
fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan
tersebut yang bersifat spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran
filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup
kewenangan ilmu khusus.
C.3
Bersangkutan dengan nilai
C.J.Ducasse mengatakan bahwa
filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang
disebut penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah tentang yang baik dan buruk,
yang susila dan asusila, dan akhirnyafilsafat sebagai suatu usaha untuk
mempertahankan nilai.
C.4
Berkaitan dengan arti
Diatas telah dikemukakan bahwa
nilai selalu dan dicari, sesuatu yang bernilai tentu didalamnya penuh dengan
arti. Agar upaya para filosof dalam pengungkapan ide-idenya agar sarat dengan
arti, maka para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan
bahasa yang tepat (ilmiah). Karena kesemuanya itu berguna untuk menghindari
kesalahan /sesaat berpikir (fallacy)
C.5
Implikatif
Pemikiran filsafat
yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis), dan dari
implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru, sehingga
akan menjadi proses pemikiran yang dinamis : tesis ke anti tesis kemudian
sintesis, dan seterusnya.... sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiranyang
implikatif (dialektif) akan dapat menyuburkan intelektual.
D.
KEGUNAAN FILSAFAT
Filsafat mengajarkan hal-hal
yang praktik yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya
etika, logika, estetika, dan lain-lain. Etika mempelajari tingkah laku dan
perbuatan manusia yang dilakukan dengan sadar, moral dan kesusilaan. Etika
menunjukkan bagaimanan norma yang baik dan bagaimana manusia hidup menurut
norma tersebut. Dengan singkat selama ada manusia yang berbuat selama itu pula
nilai etik berlaku. Logika mengajarkan agar kita berpikir secara teratur dan
runtut serta sistematik agar dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan
demikian, filsafat mempunyai beberapa kegunaan antara lain :
1. Melatih diri untuk
berpikir kritik dan runtut dan menyusun hasil pikiran tersebut secara
sistematik.
2. Melatih diri melakukan
penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil.
3. Menjadikan diri
bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
4. Membuat diri menjadi
manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
5. Menjadi alat yang
berguna bagi manusia baik untuk pribadinya maupun dalam hubungannya dengan
orang lain.
6. Menyadari akan
kedudukan baik secara pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam
sekitar,dan Tuhan Yang Maha Esa.
7. Menjadikan manusia
lebih taat kepada Tuhan Yang maha Esa.
Dengan
belajar filsafat diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan, karena dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran,
cakrawala pandang yang semakin luas, agar tidak berpikir dan bersikap sempit
dan tertutup. Sehingga akan dapat membantu penyeleseian masalah yang selalu
kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.
Dasar dari
semua tindakan adalah ide, sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang
fundamental yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untuk merentang
kesadarannya dalam segala tindakannya, sehingga manusia akan dapat lebih hidup,
lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, lebih sadar terhadap hak
dan kewajibannya.
Dengan
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang
dengan memberikan alternatifnya. Di satu sisi kita berhadapan dengan kemajuan
teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran
tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral.
Dengan semakin jauh tata nilai dan moral , akibatnya banyak ilmuwan yang
kehilangan bobot kebijaksanaannya. Sehingga, apa yang dihasilkan ilmu
pengetahuan dan teknologi bersama itu pula manusia kehilangan pendirian
dihantui kebingungan dan keraguan (skeptis).
E.
FUNGSI FILSAFAT
E.1
Filsafat sebagai ilmu
a. Dikatakan filsafat
sebagai ilmu karena didalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan
ilmiah, yaitu: bagaimanakah, mengapakah,
ke manakah, dan apakah.
b. Pertanyaan bagaimana menanyajkan sifat-sifat yang
dapat ditangkap atau yang tampak oleh indera. Jawaban atau pengetahuan yanga
diperolehnya bersifat deskriptif
(penggambaran).
c.
Pertanyaan
mengapa menanyakan tentang sebab
(asal mula) suatu obyek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat).
Pertanyaan ke mana menanyakan tentang apa yang terjadi di masa lampau, masa
sekarang, dan masa akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis
pengetahuan, yaitu: pertama,
pengetahuan yang timbul dari hal- hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan),
yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Kedua, pengetahuan yang timbul dari
pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Dalam hal ini tidak dipermasalahkan apakah pedoman tersebut dipakai
atau tidak. Pedoman yang dipakai disebut hukum. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum)
sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Jadi, pengetahuan yang diperoleh
dari jawaban ke manakah adalah
pengetahuan yang bersifat normatif. Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu
hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix)
dan tidak lagi bersifat empiris, sehingga hanya dapat mengetahui hal-hal yang
bersifat sangat umum, universal,absrak.
E.2
Filsafat sebagai cara berpikir
Berpikir secara filsafat dapat
diartikan sebagai berpkir secara mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara
global/menyeluruh atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang
pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Hal ini harus memenuhi
persyaratan yaitu:
1. Harus sistematis
Pemikiran yang
sistematis ini yang dimaksudkan menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional.
Sistematis adalah masing-masing unsur saling
berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
Harus konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide
(gambar) atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam
intelektual. Jadi, maksud dari “konsepsional” tersebut sebagai upaya untuk
menyusun suatu bagan yang terkonsepsi
(jelas).
2. Harus koheren
Koheren atau runtut
adalah unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan
satu sama lain. Koheren atau runtut didalamnya memuat suatu kebenaran logis.
Harus rasional
Yang dimaksud dengan
rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
3. Harus sinoptik
Sinoptik artinya
pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam
kebersamaan secara integral.
4. Harus mengarah
kepada pandangan dunia.
Yang dimaksud adalah
pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan
jalan menyuusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk didalamnya menerangkan
tentang dunia dan semua hal yang berada didalamnya.
E.3
Filsafat sebagai pandangan hidup
Diartikan sebagai pandangan hidup
karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada: hakikat kodrat pribadi manusia
( sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan). Manusia secara
total (menyeluruh) dan sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber
penjelmaan berbagai macam jenis filsafat, antara lain:
1. Manusia dengan unsur
raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
2. Manusia dengan unsur
rasanya dapat melahirkan filsafat keindahan (estetika).
3. Manusia dengan
monodualismenya ( kesatuan jiwa dan raganya ) dapat melahirkan filsafat
antropologi.
4. Manusia dengan
kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
5. Manusia dengan
kedudukannnya sebagai makhluk sosial dapat maelahirkan filsafat sosial.
6. Manusia sebagai
makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
7. Manusia dengan
unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan
buruk dapat melahirkan fiiilsafat tingkah laku (etika).
8. Manusia dengan unsur
jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
9. Manusia dengan
segala aspek dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
10. Manusia dengan dan
sebagai warga negara dapat melahirkan filsafat negara.
11. Manusia dengan unsur
kepercaanya dapatmelahirkan filsafat agama.
Filasafat
sebagai pandangan hidup (Weltsanchaung) merupakan suatu
pandangan hidup yang dijadika n dasar setiap tindakan dan tingakah laku dalam
kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyeleseikan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam
hidupnya. Sikap dan cara hidup akan
muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.
F.
ALIRAN – ALIRAN
F.1
Corak aliran di dalam filsafat
F.1.1
Corak yang sesuai dengan unsur jiwa
1. Idelisme yang
memberi tempat tertinggi pada idea
2. Spiritulisme yang
memberi tempat tertinggi pada jwa
3. Rationaloisme yang
memberi tempat tertingi pada akal
F.1.2
Corak yang sesuai dengan unsur raga
1. Matereialisme yang
memberi tempat tertinggi pada materi
2. Empirisme yang
memberi tempat tertingg ipada pengalaman
3. Sensisme yang yang
memberi tempat tetinggi pada panca
indera
F.1.3
Corak yang sesuai dengan sifat individu
1. Individualisme yang
memberi tempat tertinggi pada individu
2. Liberlisme yang
mengagungkan hak mutlak setiap individu
F.1.4
Corak yang sesuai dengan sifat sosial
1. Atruisme yang
mengutamakan kepentingan orang lain semata-mata
2. Sosialisme yang
mengutamakan kepentingan sosial lebih daripada kepentingan individu
F.1.5
Corak yang sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan
Thomisme memberi
tempat yang tinggi kepada Tuhan, akan
tetapi Positivisme menolak teologi
G.
SEJARAH FILSAFAT DI YUNANI
Ada tradisi kuno mengatakan
bahwa nama “filsuf” (philosophos)
untuk pertama kalinya dalam sejarah dipergunakan oleh Phytagoras ( abad ke-6 SM
). Akan tetap dalam kalalangan sokrates dan plato ( abad ke-5 SM ) nama
“filsafat” dan “filsuf” sudah lazim dipakai. Menurut pandangan Yunani, seorang
yang mempunyai kebijaksanaan sebagai milik definitif sudah melampaui kemampuan
insani. Memiliki kebijaksanaan berarti mencapai sutau status adimanusiawi. Itu
sama saja dengan hybris, rasa
sombong, yang selalu ditakuti dan dihindari orang Yunani. Manusiaa harus
menghormati batas – batas yang berlaku bagi status insaninya. Karena dia
manusia dan bukan seorang dewa, dia harus puas denagan mengasihi kebijaksanaan.
Kebijaksanaan tidak pernah akan menjadi miliknya secara komplit dan definitif.
Karena alasan – alasan itu orang Yunani ,memilih nama “filsafat” dan “filsuf”.
Pada abad ke-6 mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak
saat itu orang mulai mencari jawaban – jawaban rasional tentang problem –
problem yang diajukan oleh alam semesta .
Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos.
Dengan demikian filsafat dilahirkan. Filsafat lahir saat rasio mengalahkan
mitos, namun itu tidak berarti bahwa seluruh ditinggalkansecara mendadak.
Seluruh fisafat Yunani dapat dianggap sebagai suatu pergumulan yang panjang
antara mythos dan logos.
DAFTAR PUSTAKA
·
Achmadi, Asmoro, 2000, Filsafat Umum, P.T. Raja Grafindo:
Jakarta.
·
Sunoto, 1981, Mengenal Filsafat Pancasila, P.T.
Hanindita: Yogyakarta.
·
Hadiwijoyo, Harun, 1980, Sari Filsafat Barat , Kanisius: Yogyakarta
·
Bertens. K, 1999, Sejarah Filsafat Yunani: Kanisius: Yogyakarta.
Terima kasih kanta collection, postingan ini sangat membantu :))
ReplyDeletesuuuiiip
ReplyDelete