1. W a i s a
k P u j a.
Hari Raya Waisak pada umumnya jatuh pada bulan purnama
sidhi dibulan Mei-Juni. Hari
Raya Waisak juga dijuluki hari Tri Suci Waisak, karena pada hari itu umat
Buddha Sedunia mempringati Tiga Pristiwa Agung yang terjadi pada diri kehidupan
Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang lalu.
1.1 Pengertian Prosesi
Dalam Hari Raya Waisak ada suatu kegiatan
yang dinamakan prosesi, yang dimaksud
prosesi disini adalah suatu ritual yang berlangsung sebelum detik-detik waisak
berakhir.Namun arti prosesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Susunan,
Runtutan jalannya Upacara/pawai khimad sedangkan dalam Kamus Istilah Prosesi
adalah Pawai / arak-arakan yang dilakukan secara Khimad ( dalam suatu upacara /
ritual ) seperti perayaan Waisak di Candi Borobudur yang diawali dengan prosesi menjelang upacara kemudian
dilanjutkan dengan pembacaan perita suci serta permohonan
Tisarana dan Sila pada anggota Sangha, yang dilanjutkan dengan meditasi yang
tepat pada detik – detik waisak. Selanjutnya
dilakukan iring – iringan Prosesi dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur
bagian paling depan adalah Api Waisak yang diikuti barisan pembawa bendera
kebangsaan dan panji Buddhis, disusul barisan Bhinneka Tunggal Ika yang
mengenakan pakaian adat, kemudian barisan pembawa air berkah Waisak, barisan
pembawa persembahan dan Stupa.
Menyusul barisan anggota Sangha, barisan pandita
serta Upasaka / Upasika,lalu ditutup barisan umat Buddha yang masing – masing
membawa kembang sedap malam.Namun apabila Hari Raya Waisak atau Hari Raya yang lainnya
dilaksanakan di Vihara maka ada prosesi yang dinamakan Pradaksina yaitu prosesi
memutari Dhammasala sebanyak tiga kali dengan mengucapakan Tisarana, dimana
pada putaran pertama mengucapkan Buddham
Saranam Gacchami, putaran kedua mengucapakan Dhammam Saranam Gacchami, dan pada putaran ke tiga mengucapkan Sangham Saranam Gacchami
sampai memasuki Dhammasala.
1.2 Detik – Detik Waisak
Detik – detik Waisak sangat
bermakna dan mengandung daya religius dan spiritual yang sangat dalam. Detik suatu pristiwa
sangat berarti, mendatangkan kesan mendalam, kaya makna, saat – saat peristiwa
itu selalu dihadirkan kembali dan dicari ketepatannya atau kepersisannya
seperti manakala peristiwa itu sesungguhnya terjadi.Detik – detik Waisak yang
begitu dinanti oleh Umat buddha yang merayakan ini seakan menjadi titik puncak
dari perayaan Waisak yang selalu diawali dan diakhiri dengan meditasi. Adanya
momentum detik – detik Waisak ini diprakarsai oleh kaum theosofiyang merayakan
Waisak itulah yang kini tetap terwariskan dan sudah menjadi tradisi setiap
perayaan Waisak.Menurut kepercayaan kaum Theosofi bahwa Detik Waisak memakai
perhitungan astronomi yang konon katanya merupakan saat – saat yang terjadi di Lembah Waisak (
Waisak Valley ) di Himalaya, dimana Sang Buddha turun menampakkan diri dan
memberi berkahNyapada dunia dan semesta agar damai dan sejahtera.
Para ahli Astronomi
menggunakan dua ukuran waktu, yang disebut Ephemeris – Time dan Universal Time.
Ephemeris – Time adalah waktu seragam yang didasarkan pada perputaran planet,
sedangkan Universal – Time didasarkan atas perputaran bumi.Perbedaan ET dan UT
untuk waktu 100 tahun ( 1900-2000 ) kira – kira hanya 1 ( satu menit ) saja, sedangkan untuk
tahun kurun 2000-3000 berbeda 74 menit. Untuk tahun 1982, nilai perbedaan
adalah : + 53 detik yang dapat dipergunakan, dan setiap tahun ditambah 1 ( satu
) detik, sesuai tabel berikut ini.
TABEL
KOREKSI E.T KE U.T
Tahun
|
Menit
|
Tahun
|
Menit
|
Tahun
|
Menit
|
Tahun
|
Menit
|
1990
|
1.01
|
2000
|
1.11
|
2010
|
1.21
|
2020
|
1.31
|
1991
|
1.02
|
2001
|
1.12
|
2011
|
1.22
|
2021
|
1.32
|
1992
|
1.03
|
2002
|
1.13
|
2012
|
1.23
|
2022
|
1.33
|
1993
|
1.04
|
2003
|
1.14
|
2013
|
1.24
|
2023
|
1.34
|
1994
|
1.05
|
2004
|
1.15
|
2014
|
1.25
|
2024
|
1.35
|
1995
|
1.06
|
2005
|
1.16
|
2015
|
1.26
|
2025
|
1.36
|
1996
|
1.07
|
2006
|
1.17
|
2016
|
1.27
|
2026
|
1.37
|
1997
|
1.08
|
2007
|
1.18
|
2017
|
1.28
|
2027
|
1.38
|
1998
|
1.09
|
2008
|
1.19
|
2018
|
1.29
|
2028
|
1.39
|
1999
|
1.10
|
2009
|
1.20
|
2019
|
1.30
|
2029
|
1.40
|
CARA MERUBAH E.T KE U.T
Purnama sidhi tanggal 1Juni 1996, pada pukul 20. 47. 56 ET


20. 46.
49 UT
Penyesuaian WIB
7.00. 00

27. 46. 49
Tanggal 2 Juni 1996
03. 46. 49 WIB
Untuk daerah lain menyesuaikan dengan waktu setempat.
1.3 Makna Waisak
Untuk dapat melaksanakan
ritual Buddhis khususnya dalam upacara pringatan waisak yang sesuai dengan
Buddha Dhamma, terlebih dahulu kita harus tau makna Waisak itu sendiri. Apakah
makna Hari Raya Trisuci Waisak ?untuk menjawabnya dijelaskan bahwa Hari Raya
Trisuci Waisak disebut juga sebagai Tahun Baru Buddhis.Karena mempringati Tiga
Peristiwa Agung yang dialami oleg Guru Agung kita Sang Buddha Gotama. Jadi
jelas bahwa makna Waisak adalah untuk mengingat peristiwa penting yang jatuh
pada bulan Mei – awal Juni ( Bulan Waisaka )pada tahun yang berbeda. adapun
ketiga peristiwa tersebut adalah
- Pangeran Siddharta lahir di Taman Lumbini pada tahun 623 Sebelum Masehi
- Petapa Gotama mencapai bodhi atau Penerangan Sempurna di Bodh Gaya pada usia 35 tahun.
- Buddha Gotama mencapai Parinibbana ( mangkat ) di Kusinara pada usia 80 tahun.
Peristiwa Suci Waisak
mengajak umat Buddha untuk merenungkan dan menghayati kembali perjuangan hidup
Buddha Gotama. Hari Raya Waisak merupakan hari dimana mengajak umat buddha
untuk menelaah kehidupannya masing- masing, untuk senantiasa berpedoman pada
Buddha Dhamma.
2. Hari Besar Lainnya
Selain hari Raya Trisuci
Waisak masih ada lagi hari – hari besar lain yang diperingati oleh umat Buddha
yaitu :
2.1 Hari Suci Asadha
Hari Asadha
merupakan peristiwa yang mempunyai arti yang amat penting sebab dengan adanya
peristiwa Asadha itulah sampai saat ini umat Buddha masih dapat mengenal ajaran
Buddha Dhamma yang Indah pada awalnya, Indah pada pertengahannya dan Indah pada
akhirnya.Hari Besar Asadha diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari RayaTriuci
Waisak.yang biasanya jatuh pada bulan Juli guna mempringati tiga peristiwa
penting yaitu :
- Kotbah pertama Sang Buddha kepada lima orang pertapa ditaman Rusa Isipatana.
- Terbentuknya Sangha Bhikkhu yang pertama.
- Lengkapnya Tiratana ( Buddha, Dhamma, dan Sangha.)
2.2 Hari Suci Magha
Hari Raya Magha biasanya jatuh pada bulan purnama sidhi dibulan Februari / maret atau 2 (dua ) minggu setelah tahun baru imlek. Hari Suci
Magha ini mempringati empat peristiwa penting, yaitu :
- Berkumpulnya 1250 orang Bhikkhu tanpa di undang terlebih dahulu.
- Mereka semua telah mencapai tingkat kesucian Arahat.
- Mereka semua memiliki enam Abinna.
- Mereka semua ditahbiskan oleh Sang Buddha dengan ucapan Ehi Bhikkhu.
2.3 Ovadhapatimokha
Ovadhapatimokha terdiri dari dua kata yaitu Ovadha yang
artinya nasehat atau pesan, sedangkan Patimokha artinya disiplin.
Ovadhapatimokha merupakan sabda Sang Buddha yang merupakan inti dari ajaran
Sang Buddha dan Etika pokok para Bhikkhu yang terdiri dari 227 sila yang harus
dipatuhi oleh bhikkhu dalam kehidupannya.
2.4 Hari Suci Khatina
Hari Suci Khatina merupakan hari bakti umat Buddha
kepada anggota Sangha. Dengan memberikan dana kepada anggota Sangha atau yang
disebut sanghadana / pawarana dan harus ada minimal lima orang Bhikkhu yang bervassa di vihara
tersebut. Jadi sanghadana yang diselenggarakan pada
bulan kattika tidak dapat dilangsungkan tanpa kehadiran Bhikkhu. Bulan kattika
adalah bulan setelah masa vassa habis dan bisa disebut perayaan masa khatina.
Khatina diawali dengan tradisi pembuatan jubah, karena makna dari kata khatina
itu adalah bingkai kayu / alat untuk menjahit jubah. Khatina puja biasanya dilaksanakan
selama sebulan mulai dari sehari sesudah para Bhikkhu/bhikkhuni selesai menjalankan masa vassa.Dana yang diberikan dapat berupa jubah dan keperluan Bhikkhu sehari – hari, handuk, sabun,
odol, sikat gigi, makanan serta perlengkapan vihara.Namun ada juga 4 ( empat ) kebutuhan pokok para Bhikkhu
yaitu :
- Civara (jubah )
- Pindapata ( makanan )
- Senasana ( tempat tinggal )
- Gilanapaccayabhesajja ( obat- obatan )
2.5 Pengertian katannu
Katavedi
Katannu
Katavedi berasal dari bahasa pali yang artinya ” Bersyukur, berterima kasih”
(Ven. Ajahn Sumedho ),dalam istilah buddhis memiliki arti menyadari akan
pertolongan yang diberikan dan merasa berterima kasih/ syukur sedangkan dalam
buku Senarai istilah katannu artinya
tahu kebajikan orang lain dan katavedi artinya tahu membalas budi orang lain.
Referensi :
- Endro Herman.s, ” Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis 1996 – 2026 ”. 1997, Yayasan Dhammadipa Arama, Jakarta. Pusat.
- Sumedho Ajahn, Ven, ”Bersyukur Pada Orang Tua ”. 2006, Yayasan Kusalayani, Jakarta.
- Jo Priastana, ” Happy Vaisakh ” . 2006, Yasodara Puteri, jakarta.
- Dewi Metta. W. SH. S.Ag, ” Bakti Kepada Orang Tua ”.
- Majalah Sinar Dhamma Edisi Waisak 2552 BE, 2006 hal, 44.
No comments:
Post a Comment