Oleh:
Nanang
Sutrisno
Pendahuluan
Laju perubahan
dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin pesat pada era
modern ini perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan
berkualitas. Mutu pendidikan yang demikian menjadi kebutuhan yang sangat
diperlukan untuk mendukung terbentuknya insan-insan yang cerdas secara
komprehensif dan mampu bersaing secara terbuka di era global. Dalam hal itu
kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek
substansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum, guru, dan individu yang dibentuk
untuk menjadi produk pendidikan yaitu siswa. Aktualisasi pembenahan aspek-aspek
pendidikan menuntut siswa untuk mampu melakukan dekonstruksi terhadap cara
belajar yang selama ini dilakukan dengan cara tradisional yang kurang efektif,
sehingga dibutuhkan sebuah strategi belajar baru yang mampu menunjang peserta
didik untuk meraih prestasi yang optimal.
Berkembangnya
pemikiran dalam dunia pendidikan menawarkan berbagai macam startegi
pembelajaran baru yang dinilai efektif untuk meningkatkan prestasi peserta
didik, salah satunya adalah Cooperative
Learning. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) menawarkan sebuah pembelajaran yang berbeda dengan
strategi-strategi pembelajaran yang lainnya. Salah satu hal yang menonjol dari
pembelajaran kooperatif adalah mengutamakan kerjasama antar peserta didik untuk
saling berbagi pengetahuan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
pembelajaran ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
Seluk-beluk
Pembelajaran Kooperatif
Killen (1998),
sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Bansu Ansari menyatakan bahwa cooperative learning is both an
instructional technique and a teaching philosophy that encourages students to
work together to maximize their own learning and the learning of their peers.
(dalam Yamin dan Ansari, 2009: 74). Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan
antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar
tetapi sesama siswa.
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang, kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen). (Sanjaya, 2011: 242). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan memiliki
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Agus Suprijono
menjelaskan bahwa terdapat dua belas jenis metode dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran kooperatif. (Suprijono, 2011:89-101). Metode-metode tersebut
terdiri dari: jigsaw, think-pair-share, numbered heads together,
group investigation, two stay two stray, make a match, listening team, inside-outside
circle, bamboo dancing, point-counter-point, the power of two, dan listening team. Meskipun terdiri dari
banyak metode, namun dalam pelaksanaannya, strategi pembelajaran kooperatif
pada dasarnya selalu menggunakan sistem kelompok dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran
kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat
bekerjasama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran
sosial. (Gora dan Sunarto, 2012: 59-60). Lebih lanjut Gora dan Sunarto
menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri menumbuhkan
keterampilan sosial pada peserta didik. Artinya, keterampilan untuk menjalin
hubungan antar pribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang
diberikan guru. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga memungkinkan
terjadinya interaksi tatap muka dan dapat memunculkan ketergantungan positif
antar siswa.
Kagan (1994)
seperti yang dikutip oleh Gora dan Sunarto (2012: 60) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa manfaat langsung dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif,
yaitu:
a. Dapat
meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa;
b. Dapat
memperbaikin kognitif sosial dan hubungan sosial siswa;
c. Dapat
meningkatkan keterampilan kepemimpinan;
d. Dapat
meningkatkan kepercayaan diri;
e. Dapat
meningkatkan kemahiran teknologi.
Dari kelima
manfaat tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya
menekankan pada peningkatan kualitas intelektual siswa, melainkan juga meningkatkan
kemampuan bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu juga dapat
memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kepercayaan diri serta keterampilan
memimpin yang dimilikinya.
Lebih lanjut
Parsons (2012: 51) menjelaskan bahwa strategi yang berdasar diskusi ini dapat
digunakan untuk pelajaran apapun dan pada siswa dengan kelompok usia mana pun.
(Parsons, 2012: 51) Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang fleksibel dan kompatibel digunakan untuk proses
pembelajaran bagi berbagai jenis
pelajaran dengan peserta didik yang heterogen. Selain itu, strategi ini
mengemukakan bermacam ragam tujuan intelektual dan sangat memungkinkan bagi
siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan untuk memproses
informasi yang dibutuhkannya.
Kesimpulan
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang diturunkan dari
paradigma konstruktivisme yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi
kemampuannya dalam berdiskusi dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain
memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kualitas intelektualnya, strategi
pembelajaran ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan
keterampilan kepemimpinan dan kemahirannya menggunakan teknologi dalam
penyampaian materi kepada teman-teman diskusinya. Untuk itu, strategi
pembelajaran kooperatif ini dapat menjadi salah satu pilihan bagi para pendidik
untuk digunakan dalam proses belajar
mengajar.
Referensi:
-
Gora, Winastwan dan Sunarto. Pakematik: Strategi Pembelajaran Berbasis
TIK. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2012.
-
Parsons, Les. Bullied Teacher, Bullied Student: Guru dan Siswa Yang Terintimidasi.
Jakarta: Grasindo. 2012.
-
Suprijono, Agus. Cooperative Learning. Yogyakarta: Putaka Pelajar. 2011
-
Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. 2009.
Berarti kooperatif itu harus ada kerja sama donk gan??
ReplyDelete