Tuesday 29 October 2013

PEMBELAJARAN KOOPERATIF



Oleh:
Nanang Sutrisno
Pendahuluan
Laju perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin pesat pada era modern ini perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan berkualitas. Mutu pendidikan yang demikian menjadi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk mendukung terbentuknya insan-insan yang cerdas secara komprehensif dan mampu bersaing secara terbuka di era global. Dalam hal itu kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek substansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum, guru, dan individu yang dibentuk untuk menjadi produk pendidikan yaitu siswa. Aktualisasi pembenahan aspek-aspek pendidikan menuntut siswa untuk mampu melakukan dekonstruksi terhadap cara belajar yang selama ini dilakukan dengan cara tradisional yang kurang efektif, sehingga dibutuhkan sebuah strategi belajar baru yang mampu menunjang peserta didik untuk meraih prestasi yang optimal.

Berkembangnya pemikiran dalam dunia pendidikan menawarkan berbagai macam startegi pembelajaran baru yang dinilai efektif untuk meningkatkan prestasi peserta didik, salah satunya adalah Cooperative Learning. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menawarkan sebuah pembelajaran yang berbeda dengan strategi-strategi pembelajaran yang lainnya. Salah satu hal yang menonjol dari pembelajaran kooperatif adalah mengutamakan kerjasama antar peserta didik untuk saling berbagi pengetahuan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.

Seluk-beluk Pembelajaran Kooperatif
Killen (1998), sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Bansu Ansari menyatakan bahwa cooperative learning is both an instructional technique and a teaching philosophy that encourages students to work together to maximize their own learning and the learning of their peers. (dalam Yamin dan Ansari, 2009: 74). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi sesama siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang, kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). (Sanjaya, 2011: 242). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Agus Suprijono menjelaskan bahwa terdapat dua belas jenis metode dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif. (Suprijono, 2011:89-101). Metode-metode tersebut terdiri dari: jigsaw, think-pair-share, numbered heads together, group investigation, two stay two stray, make a match, listening team, inside-outside circle, bamboo dancing, point-counter-point, the power of two, dan listening team. Meskipun terdiri dari banyak metode, namun dalam pelaksanaannya, strategi pembelajaran kooperatif pada dasarnya selalu menggunakan sistem kelompok dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerjasama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. (Gora dan Sunarto, 2012: 59-60). Lebih lanjut Gora dan Sunarto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri menumbuhkan keterampilan sosial pada peserta didik. Artinya, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga memungkinkan terjadinya interaksi tatap muka dan dapat memunculkan ketergantungan positif antar siswa.
Kagan (1994) seperti yang dikutip oleh Gora dan Sunarto (2012: 60) menjelaskan bahwa terdapat beberapa manfaat langsung dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif, yaitu:
a.       Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa;
b.      Dapat memperbaikin kognitif sosial dan hubungan sosial siswa;
c.       Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan;
d.      Dapat meningkatkan kepercayaan diri;
e.       Dapat meningkatkan kemahiran teknologi.
Dari kelima manfaat tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya menekankan pada peningkatan kualitas intelektual siswa, melainkan juga meningkatkan kemampuan bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu juga dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kepercayaan diri serta keterampilan memimpin yang dimilikinya.
Lebih lanjut Parsons (2012: 51) menjelaskan bahwa strategi yang berdasar diskusi ini dapat digunakan untuk pelajaran apapun dan pada siswa dengan kelompok usia mana pun. (Parsons, 2012: 51) Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang fleksibel dan kompatibel digunakan untuk proses pembelajaran  bagi berbagai jenis pelajaran dengan peserta didik yang heterogen. Selain itu, strategi ini mengemukakan bermacam ragam tujuan intelektual dan sangat memungkinkan bagi siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan untuk memproses informasi yang dibutuhkannya.

Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang diturunkan dari paradigma konstruktivisme yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuannya dalam berdiskusi dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kualitas intelektualnya, strategi pembelajaran ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan dan kemahirannya menggunakan teknologi dalam penyampaian materi kepada teman-teman diskusinya. Untuk itu, strategi pembelajaran kooperatif ini dapat menjadi salah satu pilihan bagi para pendidik untuk digunakan  dalam proses belajar mengajar.


Referensi:
-          Gora, Winastwan dan Sunarto. Pakematik: Strategi Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2012.
-          Parsons, Les. Bullied Teacher, Bullied Student: Guru dan Siswa Yang Terintimidasi. Jakarta: Grasindo. 2012.
-          Suprijono, Agus. Cooperative Learning. Yogyakarta: Putaka Pelajar. 2011
-          Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. 2009.


1 comment: